Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Nasehat Murid Nabi Isa a.s.

Nasehat Murid Nabi Isa a.s.

Pada periode khalifah Umar r.a, daerah Qadisiyah yang terhitung kota besar di Persia (Iran dan Irak saat ini) ditaklukan, dan Sa'ad bin Abi Waqqash satu dari sepuluh teman dekat yang ditanggung masuk surga saat hidupnya jadi amirnya. Sesudah beberapa saat lama waktunya, khalifah Umar r.a memerintah Sa'ad mengirimi teman dekat Nadhlah bin Muawwiyah untuk menaklukan Hulwan, masih terhitung daerah Persia yang lain.

Dengan 300 orang tentara naik kuda, Nadhlah bin Muawwiyah lakukan pengepungan Kota Hulwan beberapa saat lama waktunya hingga mereka berserah, mengatakan kalah ke Madinah. Nadhlah kembali lagi ke Qadisiyah dengan bawa jizyah ( ialah pajak per kapita yang diberi oleh warga non muslim di suatu negara di bawah ketentuan Islam) dan ghanimah (Rampasan perang berbentuk benda yang diambil dengan paksakan dari pemiliknya yang syah lewat perampokan sepanjang atau sesudah peperangan) yang lumayan banyak.

Di tengah-tengah perjalanan, mereka berkunjung pada sebuah daratan di bawah pegunungan karena sudah masuk waktu shalat. Nadhlah berdiri melantunkan adzan, tapi di antara jawaban adzan dari anggota pasukannya, kedengar suara lain di atas gunung yang menyahut suara adzannya, dan mereka dengarnya cukup terang.

Saat dia melantunkan : Allahu Besar Allahu Besar (2x), kedengar suara jawaban, "Kamu sudah agungkan Dzat Yang Maha Besar, wahai Nadhlah."

Saat dia melantunkan : Asyhadu allaa ilaaha illallaah (2x), kedengar suara jawaban, "Itu ialah kalimat tulus, wahai Nadhlah."

Saat dia melantunkan : Asyhadu anna muhammadar rasuululaah (2x), kedengar suara jawaban, "Wahai Nadhlah, ia (Nabi Muhammad SAW itu) ialah orang yang diberitahu Nabi Isa r.a ke kami."

Saat dia melantunkan : Hayya ‘alash shalaah (2x), kedengar suara jawaban, "Benar-benar untunglah orang yang melakukannya secara istiqomah."

Saat dia melantunkan : Hayya ‘alal falaah(2x), kedengar suara jawaban, "Sangat untung orang yang penuhi ajakan Nabi Muhammad SAW, itu ialah agunan untuk umat Muhammad SAW."

Saat dia melantunkan : Allahu Besar Allahu Besar, laa ilaaha illallaah , kedengar suara jawaban, "Kamu betul-betul tulus wahai Nadhlah, benar-benar Allah SWT akan mengharamkan jasadmu dari api neraka."

Usai adzan mereka sempat dicekam ketakutan oleh suara itu, walaupun pengucapan ghaib itu benarkan keislaman dan apa yang mereka kerjakan. Karena itu Nadhlah sebagai pimpinan kelompok pasukan itu berbicara, "Wahai hamba Allah, siapakah kamu? Mudah-mudahan Allah SWT selalu memberikan rahmat-Nya padamu. Apa kamu malaikat, jin atau hamba Allah yang lain?? Kamu sudah memperdengarkan suaramu ke kami, karena itu perlihatkanlah wujud badanmu. Saya ialah tentara Allah SWT, balatentara Rasulullah SAW, dan balatentara Umar bin Khaththab…"

Mendadak ada seorang yang paling tua, memiliki rambut dan berjenggot putih, menggunakan baju bulu-bulu yang paling simpel, dan berbicara, "Assalamu'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh."

Nadhlah dan teman-temannya berbicara, "Wa ‘alaikassalam warahmatullaahi wabarakaatuh, siapakah kamu ini? Mudah-mudahan Allah selalu memberikan rahmat-Nya padamu."

Orangtua itu berbicara, "Saya ialah Zarnab bin Bar'ala, siswa dan orang yang paling dipercayai oleh Nabi Isa a.s. Saya ditaruh di gunung ini dan didoakan Nabi Isa panjang usia sampai waktunya Beliau turun kembali ke bumi dari langit…"

Nadhlah dan teman-temannya bingung dengar perkataannya itu. Jika menyaksikan demikian tuanya, dapat memang betul perkataannya itu. Tapi terlihat sekali jika ia masih kuat dan kuat dibalik performa ketuaannya, tidak ada pertanda kekurangan sama sekalipun. Orangtua itu berbicara kembali, "Karena saya tidak dapat berjumpa langsung dengan Rasulullah SAW, begitupun dengan Umar bin Khaththab, karena itu berikanlah salamku padanya, dan berikanlah ucapanku ini padanya…"

Zarnab berbicara kembali, "Wahai Umar, bekerjalah yang keras, karena sebenarnya hari kiamat sudah benar-benar dekat. Dan berikanlah ke umat Muhammad SAW, bila kelak terjadi kejadian-peristiwa dari mereka, apapun yang bakal saya berikan, sebaiknya mereka lari, sebaiknya mereka menghindar sejauhnya, janganlah sampai jatuh ke beberapa hal itu."

Kejadian yang ditujukan Zarnab, yang merupakan pertanda semakin dekatnya kiamat, dan janganlah sampai kita jatuh dan terjebak didalamnya, ialah :


Bila lelaki suka dengan lelaki, dan wanita suka dengan wanita. Tujuannya berlaku homoseksual atau lesbian, sama seperti yang terjadi pada golongan Nabi Luth a.s
Bila beberapa orang suka bernasab ke orang yang bukan nenek moyangnya, nasabnya palsu.
Bila orang yang tua tidak mengasihi yang muda, dan beberapa orang muda tidak ingin menghargai yang tua.
Bila beberapa orang sudah tinggalkan amar ma'ruf dan nahi munkar.
Bila beberapa orang yang pintar (ulama) belajar dan mengajari ilmunya hanya untuk cari kekayaan dunia.
Hujan turun pada musim kemarau, dan kemarau memanjang sampai di musim penghujan.
Anak-anak menyebalkan orangtua, berlaku kurang ajar dan sedikit orang yang memiliki budipekerti yang bagus (ber-akhlaqul karimah).
Beberapa orang berlomba membangun bangunan dan rumah.
Lebih suka ikuti (mengobral) udara gairahnya, bahkan juga jual agama untuk keuntungan duniawi semata-mata.
Memandang enteng permasalahan pembunuhan, dan jual hukum untuk kebutuhan individu.
Suka putuskan bersilahturahmi.
Menghias Mushaf-mushaf (Al Qur'an), dan mempercantik beberapa masjid.
Suap menyogok dan riba menebar di mana saja.
Beberapa orang suka disanjung-puji, terhitung wanitanya, dan mereka (kaum hawa) melancong kemana saja dengan berkendara sendiri.
Kemudian Zarnab bin Bar'ala mengucapkan salam dan berakhir pergi ke arah pegunungan darimanakah ia tiba, yang dalam sekejab saja dia lenyap dari penglihatan mata.

Selesai shalat, Nadhlah selekasnya memerintah pasukan selekasnya kembali lagi ke Qadisiyah dan bercerita kejadian yang dirasakannya ke Sa'ad bin Abi Waqqash, pimpinannya. Sa'ad tertarik dengan pesan atau nasihat yang diberi oleh Zarnab, yang kelihatannya serupa sekali dengan pesan atau edukasi Nabi Muhammad SAW mengenai pertanda akhir jaman yang sempat didengarkannya. Dia ingin dapat berjumpa dan dengar langsung edukasi itu dari siswa Nabi Isa a.s itu, karena itu dia bawa 4.000 orang pasukan yang dipegangnya ke arah daratan di bawah pegunungan itu.

Empatpuluh hari lama waktunya mereka tinggal di bawah pegunungan itu, dan shalat 5 waktu dibangun dengan berjemaah, dengan adzan yang dikeraskan, terhitung oleh Nadhlah. Tapi tidak sempat ada jawaban atau suara sahutan sama seperti yang dirasakan Nadhlah awalnya. Jika tidak kejadian itu dirasakan dan dilihat langsung oleh 300 orang pasukan naik kuda yang ikutinya, tentulah Nadhlah dipandang cuman bohong atau mengigau saja.

Kemungkinan kejadian itu cuman kemuliaan dan kelebihan yang khusus diberi Allah SWT ke Nadhlah, hingga seorang teman dekat yang paling utama seperti Sa'd bin Abi Waqqash tidak dapat ‘mencontoh'nya. Memang hak prerogatif Allah untuk memberinya kelebihan dan kekhususan ke siapa yang diinginkan-Nya, yang tidak dapat didapat walaupun kemungkinan kita sudah meniru ibadah istiqamahnya, bahkan juga dengan kualitas yang lebih bagus. Wallahu A'lam.

Post a Comment for "Nasehat Murid Nabi Isa a.s."